Halaman
199
Bab XII. Peristiwa Tragedi Nasional
Tragedi nasional adalah suatu rangkaian peristiwa yang menimpa bangsa Indo-
nesia. Tragedi ini tentu membawa akibat yang sangat merugikan dan menyengsarakan
rakyat Indonesia. Peristiwa-demi peristiwa terjadi pada bangsa Indonesia sekaligus
merupakan ancaman, tantangan dan hambatan. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat
mengganggu upaya menata kembali bangsa Indonesia setelah mencapai
kemerdekaan.
Kamu akan mengerti dan memahami berbagai peristiwa seperti pemberontakan
DI/TII, G 30 S/PKI dan konflik internail lainnya. Dengan memahami peristiwa tersebut
diharapkan timbul kesadaranmu betapa pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa
itu.
PRISTIWA TRAGEDI NASIONAL
PEMB. PKI MADIUN
DI/TII
PEMB. TENGKU DAUD
BEUREUH
PEMB. KAHAR
MUZAKAR
Pemb.
APRA
PEMB. ANDI AZIS
PEMB. RMS
PRRI
/
PERMESTA
G.30 S / PKI
ORDE BARU
PERISTIWA TRAGEDI NASIONAL
PERISTIWA MADIUN/PKI,/DI/TII,
G 30 S/PKI
BAB
XII
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan dapat mendeskripsikan
peristiwa tragedi nasional peristiwa Madiun/PKI, DI/TII,G 30 S/PKI
dankonflik-konflik internal lainnya.
Tragedi Nasional, DI/TII, G30 S/PKI, Konflik Internal
KAKA
KAKA
KA
TT
TT
T
A KUNCIA KUNCI
A KUNCIA KUNCI
A KUNCI
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX
200
A. Pemberontakan PKI Madiun 1948
Peristiwa Madiun tidak dapat dipisahkan
dari pembentukn Fron Demokrasi Rakyat (FDR)
pada tanggal 28 Juni 1948. FDR adalah
kumpulan beberapa partai seperti partai
Sosialis, Pesindo, partaiBuruh, PKI dan Sobsi.
Peristiwa Madiun itu diawali dari kota Solo yang
dilakukan oleh para pengikut Muso dan Amir
SyarifuddinPada tahun 1948 Muso kembali dari
Rusia. Sekembalinya itu Musobergabung
dengan Partai Komunis Indonesia. Ajaranyang
diberikan pada para anggota PKI adalah
mengadu domba kesatuan nasional
denganmenyebarkan teror. . Pada tanggal 18
September 1948 di Madiun tokoh-tokoh PKI memproklamirkan berdirinya Republik
Soviet Indonesia. Orang-orang yang dianggap musuh politiknya dibunuh oleh PKI.
Dengan terjadinya peristiwa Madiun tersebut, pemerintah dengan segera
mengambil tindakan tegas. Pemberontakan
Madiun itu dapat diatasi setelah pemerintah
mengangkat Gubernur Militer Kolonel Subroto
yang wilayahnya meliputi Semarang, Pati dan
Madiun. Walaupun dalam menghancurkan
kekuatan PKI dalam peristiwa Madiun menelan
banyak korban, namun tindakan itu demi
mempertahankan Kemerdekaan yang kita miliki.
Ketika Belanda melakukan agresi terhadap
Republik Indonesia, PKI justru menikam dari
belakang dengan melaukan pemberontakan
yang sekaligus dapat merepotkan pemerintah
Republik.
B. Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TIII)
Di Jawa Barat muncul gerombolan ekstrimis “Darul Islam“ (DI). Keinginan
yang menjadi cita-cita mereka adalah membentuk Negara Islam Indonesia (NII)
degan sebuah kekuatan tentara yaitu Tentara Islam Indonesia (TII). Organisasi ini
dipimpin oleh Sukarmaji Marijan Kartosuwiryo. Gerakan ini bermula ketika TNI
ditarik mundur dari Jawa Barat akibat dari Perjanjian Renville. Akan tetapi tentara
Hizbullan dan Sabillilah tidak mentaati perintah untuk hijrah tersebut. Mereka tetap
tinggal di Jawa Barat sehingga mereka mengisi kekosongan yang ditinggalkan
oleh TNI. Mereka kemudian bergabung dengan dan menamakan diri „Darul Is-
Gambar:12. 1. Para korban keganasan pki dalam
peristiwa madiun 1948Madiun
(Sumber: 30Tahun Indonesia Merdeka)
Kemerdekaan yang
dicapai oleh bangsa
Indones melalui
perjuangan panjang dan
melelahkan. Namun
demikian dalam
perjalanan sejarah
bangsa kita telah
mengalami ancaman,
201
Bab XII. Peristiwa Tragedi Nasional
lam“ (DI). Pada tangal 14 Agustus 1949 mereka
memproklamirkan „Negara Islam Indonesia“ (NII).
Ketika TNI kembali ke Jawa Barat, setelah
Belanda melakukan Agresi Militer II, mendapatkan
perlawanan dari DI/TII. Sejak itulah TNI kemudian
melakukan operasi penumpasan terhadap DI/TII.
Upaya TNI untuk mematahkan perlawanan DI/TII
memakan waktu yang cukup lama. Pada tahun 1960
Melalui Kodam VI Siliwangi mulai melancarkan operasi
secara besar-besaran. Rakyat dengan pagar betis ikut
membantu TNI dalam rangka melumpuhkan kekuatan
DI/TII tersebut. Pada tahun 1962 Kartosuwiryo dapat
ditangkap yang kemudian oleh pengadilan dijatuhi hukuman mati.
Pemberontakan DI/TII ternyata tidak saja berlangsung di Jawa Barat, tetapi
juga di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah gerakan ini dipelopori oleh Amir Fatah dengan
organisasi Majelis Islam dari daerah Tegal-Brebes. Disamping itu ada juga Angkatan
Muda Islam yang dipimpin oleh Moh. Mahfudin Abdul Rachman dari daerah Kebumen.
Untuk menghadapi kekuatan baru ini TNI membentuk pasukan baru dengan nama
„Banteng Raider“.
C. Pembontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Di Jawa Barat terjadi pemberontakan yang
dilakukan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
dibawah pimpinan Kapten Raymond Westerling.
Dia adalah seorang algojo ketika bertugas di
Sulawesi Selatan. Aksi mereka dimulai dari
Bandung pada tanggal 23 Januari 1950. Mereka
melakukan serbuan mendadak dan menembak
mati setiap tentara yang mereka jumpai termasuk
yang menjadi korban adalah Letnan Kolonel
Lembong. Tidak kurang dari 70 TNI menjadi korban
keganasan Westering dan kawan-kawannya.
Panglima Belanda yang ada di Bandung
semula tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap tragedi tersebut, meski hampir
1000 anggotanya terlibat aksi teror. Komisaris Tinggi Belanda akhirnya
memerintahkan untuk menghalau pasukan Westerling tersebut keluar dari kota
Bandung. Atas bantuan dari Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS)
akhirnya gerombolan itu dapat ditumpas.
Di Jakarta gerakan APRA ini dilakukan dengan bekerja sama dengan Sultan
Hamid II yang merancang suatu coup d’etat (perebutan kekuasaan) dengan jalan
melakukan serbuan terhadap Sidang Kabinet dan membunuh para menteri
Republikein. Namun gerakan tersebut dapat dicegah, sehingga para pelakunya
Gambar: 12. 2
Gerombolan DI/TII Menyerahkan Diri Pada Tni
Sumber: 30Tahun Indonesia Merdeka
Gambar: 12. 3. Gerakan Pasukan APRA
Sumber: 30Tahun Indonesia Merdeka
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX
202
termasuk Sultan Hamid II ditangkap dan kemudian diadili. Tetapi Westerling sendiri
tidak sempat ditangkap karena melarikan diri ke negeri Belanda.
D . Pembontakan Maluku Selatan (RMS)
Salah seorang yang juga menjadi dalang dalam pemberontakan Andi Aziz
adalah Dr. Chr. R.S. Soumokil datang ke
Ambon. Ketika itu Soumokil menjabat
sebagai Jaksa Agung Negara Bagian Indo-
nesia Timut (NIT). Dia mempengaruhi pada
anggota KNIL agar membentuk Republik
Maluku Selatan (RMS). RMS kemudian
diproklamasikan pada tanggal 25 April 1950.
Pemerintah berusaha mengakhiri teror yang
dilakukan oleh gerombolan RMS terhadap
rakyat Maluku Tengah.
Walaupun sudah dilakukan upaya
damai, namun RMS tetap melakukan teror
terhadap rakyat. Pemerintah kemudian
mengambil jalan dengan mengerahkan pasukan untuk meredam pemberontakan
tersebut. Pada 14 Juli 1950 pasukan dari APRIS mulai mendarat di Maluku. Pada
bulan Desember 1950 seluruh Maluku Tengah dapat dikuasai oleh APRIS. Para
pemberontak melarikan diri ke pulau Seram. Pada tanggal 2 Desember 1953
Somoukil dapat ditangkap dan dalam Mahkamah Militer Luar Biasa dia dijatuhi
hukuman dengan pidana mati.
E. Pembontakan Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI)/ Perjuangan Rakyat
Semesta (Permesta)
Dengan adanya beberapa pemberontakan menyebabkan semakin
memburuknya keamanan dalam negeri. Pada akhir tahun 1956 beberapa
Panglima yang ada di daerah-daerah membentuk dewan-dewan. Di Sumatra
Barat berdiri Dewab Banteng yang dipimpin oleh Kolonel Achmad Hussein. Di
Medan berdiri Dewan Gajah yang dipimpin oleh Kolonel Simbolon. Di Palembang
berdiri Dewan Garuda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Barlian. Di Menado
berdiri Dewan Manguni yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Samual. Dewan-dewan
tersebut ternyata memberikan dukungan terhadap daerah-daerah yang akhirnya
menjurus pada sparatisme.
Munculnya sparatisme tersebut disebabkan oleh terjadinya ketidak
seimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Terjadi kecemburuan sosial
dan ekonomi karena sumber keuangan yang berasal dari daerah mengalir ke
pusat di Jakarta.
Gambar: 12.4. Korban Penumpasan RMS
Sumber: 30Tahun Indonesia Merdeka
203
Bab XII. Peristiwa Tragedi Nasional
Pemerintah pusat mencoba menyelesaikannya dengan jalan damai. Pada
tanggal 14 September 1957 dilakukan Musayawarah Nasional (Munas) dan
Musayawarah Pembangunan (Munap) dalam rangka memecahkan masalah pusat
dan daerah tersebut. Dalam musyawarah itu terdapat keinginan kuat daerah untuk
menang sendiri sehingga sulit untuk dicarikan kesepakatan.
Peristiwa lain menyertai dua bulan kemudian ketika terjadi usaha pembunuhan
terhadap Presiden Sukarno yang dikenal dengan peristiwa Cikini. Presiden selamat
tetapi beberapa pelajar yang tidak berdosa mengalami cedera akibat granat yang
dilempatkan oleh kelompok ekstrim agama.
Pada tanggal 10 Februari 1958 ketua Dewan Banteng Achmad Hussein
mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah pusat agar Kabinet Juanda
mengundurkan diri dalam waktu lima kali 24 jam. Menghadapi ultimatum tersebut
pemerintah pusat mengambil tindakan tegas dengan memecat secara tidak hormat
para perwira yang duduk dalam dewan-dewan tersebut. Kapala Staf Angkatan Darat
ketika itu Mayor Jenderal A.H. Nasution pada tanggal 12 Februari 1958 mengeluarkan
perintah untuk membekukan Komando Militer Daerah Sumatra Tengah.
Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein menyatakan berdirinya
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan Syarifuddin
Prawiranegara sebagai Perdana Menterinya. Untuk memulihkan keamanan negara,
maka pemerintah menghadapi dengan jalan operasi militer. Upaya penghancuran
ini dilakukan dibawah komandan Kolonel Achmad Yani. Tujuan yang ingin dicapai
adalah mencegah meluasnya sparatisme kedaerah lain dan juga mencegah agar
tidak ada bantuan asing untuk gerakan tersebut.
Kekuatan asing diperkirakan akan melakukan intervensi dengan dalih untuk
melindungi kepentingan modal dan warga negara asing yang ada di Riau dan
Sumatra Timur. Itulah sebabnya gerakan TNI pertama-tama ditujukan ke Pakanbaru.
Dari pakanbaru operasi dikembangkan menuju pusat pertahanan pemberontak dan
pada tanggal 4 Mei Bukittinggi dapat direbut kembali.
Proklamai yang dilakukan tangal 15 Februari di Padang oleh Achmad Hussien
itu rupanya mendapat sambutan dari wilayah Indonesia bagian timur Indonesia. Di
Sulawesi Utara muncul gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang
dalam perjuangannya juga menguasai Sulawesi Tengah. Gerakan ini dipimpin oleh
Letnan Kolonel Ventje Samual. Dalam rangka menumpas gerakan ini pemerintah
menbentuk komando operasi „Merdeka“ yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Lukminto
Hendraningrat. Operasi merdeka ini dilancarkan pada bulan April 1958 di Sulawesi
Utara. Gerakan ini ternyata mendapatkan bantuan dari negara asing. Ini terbukti
setelah menembak jatuh pesawat udara yang dipiloti oleh A.L. Pope warga Amerika
Serikat pada tanggal 16 Mei 1958. Pemberontakan kemudian dapat dilumpuhkan
pada Agustus 1958.
F. Gerakan 30 September 1965 (G.30 S / PKI)
Sebagai fakta sejarah setiap orang Indonesia tidak akan melupakannya, bahwa
di negara ini pernah terjadi peristiwa di tahun 1965 yang dikenal dengan nama
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX
204
Gerakan 30 September yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (G30 S/
PKI) . Pada dini hari 1 Oktober 1965 mereka membunuh enam perwira tinggi
dan seorang perwira pertama Angkatan Darat. Kesemuanya dibawa ke Desa
Lubang Buaya sebelah Selatan pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma.
Mereka itu adalah:
1. Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) Letnan Jenderal Ahmad yani,
2. Deputy II Men/Pangad, Mayor Jenderal R.Soeprapto;
3. Deputy III Men/Pangad, Mayor Jenderal Harjono Mas Tirtodarmo;
4. Asisten I Men/Pangad, Mayor Jenderal Siswodo Parman;
5. Asisten IV Men/Pangad Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan;
6. Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat, Brigadir Jenderal
Soetojo Siswomihardjo.
7. Letnan Satu Pierre Andrean Tendean
Peristiwa G 30 S/PKI ternyata menjadi pemicu aksi protes terhadap
kepemimpinan Soekarno, bahkan dituduhkan bahwa Soekarno ada di balik
peristiwa tersebut. Aksi-aksi tuntutan penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap
pelaku G 30 S/PKI semakin meningkat. Gerakan tersebut dipelopori oleh kesatuan
aksi pemuda, mahasiswa dan pelajar KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indone-
sia).
Aksi mogok demonstrasi mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 1966
di halaman Universitas Indonesia. KAMI mengajukan tuntutan kepada pemerintah
di antaranya, (1) mencabut keputusan tentang naiknya harga bensin, minyak
tanah, tarif postel, kereta api dan angkutan umum, (2)membubarkan PKI beserta
ormas-ormasnya dan (3)menghentikan pembantu-pembantu presiden yang tidak
kompeten. Pada 11 januari 1966, para mahasiswa mulai mogok kuliah,
menghentikan kendaraan bermotor sehingga kendaraan dari Jalan Salemba
Letjen.A.Yani
Mayjen.R.Soeprapto
Mayjen. Harjono Brigjen Soetojo
Brigjen D.I.Pandjaitan Mayjen. S. Parman Lettu. P.A.Tendean
Gambar: 12. 5
Sumber: 30Tahun
Indonesia Merdeka
205
Bab XII. Peristiwa Tragedi Nasional
sampai di muka Hotel Indonesia macet total.
Di samping itu juga mereka melakukan aksi corat-coret serta tempelan-
tempelan pada kendaraan-kendaraan bermotor yang antara lain berbunyi
mengecam kepemimpinan Soekarno dan PKI. Mereka bertekad akan terus mogok
sampai tuntutan mereka terpenuhi. Khususnya kendaraan-kendaraan ABRI diberi
jalan dan disambut dengan
meriah “hidup ABRI”. Peranan
Amerika nampaknya besar di
balik peristiwa ini, sebagai
introspeksi diri bahwa semua
ini terjadi karena kondisi politik
di dalam negeri tidak stabil.
Dari aksi para
mahasiswa tersebut
menghasilkan sebuah
keputusan politik bersama
yang dikenal dengan nama Tri
Tura (Tiga Tuntutan Rakyat)
yang isinya:
1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya yang bernaung dibawahnya;
2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S/PKI;
3. Turunkan harga/perbaikan ekonomi;
Untuk menjawab tuntutan tersebut maka Kabinet Dwikora mengadakan
sidangnya di Istana Negara pada hari Jumat tanggal 11 Maret 1966 yang dipimpin
oleh Soekarno. Sidang dimulai pukul 09.00, semua menteri nampak semua hadir,
kecuali Menteri Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Soeharto karena sakit
flu. Presiden Sukarno mendapat laporan bahwa di luar istana terdapat pasukan
liar dengan kekuatan satu kompi mengepung istana. Ia langsung berhenti memimpin
sidang, kemudian berangkat ke Istana Bogor.
Sidang kemudian dilanjutkan oleh Dr. Leimena untuk kemudian ditutup
sehingga dapat dikatakan sidang ini gagal. Melihat kejadian ini maka Mayjen Basuki
Rachmat, Brigjen Amir Mahmud dan Brigjen M.Yusuf segera melaporkan situasi
yang terjadi di Istana kepada Letjen Soeharto. Ketiga perwira itu juga meminta ijin
kepada Menteri/Pangad untuk menemui Presiden Soekarno di Bogor guna
melaporkan situasi sebenarnya di Jakarta.
Sore hari ketiga perwira itu menghadap Presiden yang didampingi oleh Dr.
Soebandrio, Dr. Chairul Saleh dan Dr. Leimena, sementara itu ke Bogor disusul
oleh ajudan Presiden Brigadir Jenderal M.Sabur. Ketiga perwira ini mencoba
menyakinkan presiden bahwa satu-satunya orang yang dapat menguasai siatuasi
dewasa ini ialah Letjen Soeharto. Maka diajukan saran agar Presiden memberikan
wewenang kepada Letjen Soeharto mengambil langkah-langkah pengamanan dan
Gambar: 12. 6
Rangkaian demonstrasi para Kesatuan Aksi dalam
rangka Tri Tura
Sumber: 30Tahun Indonesia Merdeka
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX
206
penertiban keadaan.
Dan setelah mengadakan pembicaraan dan pembahasan yang cukup
mendalam akhirnya Presiden Soekarno pada tanggal 11 Marret 1966 memberikan
surat perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto,
surat mini dikenal dengan nama Supersemar.
Secara umum Supersemar mempunyai arti
penting, di antaranya:
1. Keluarnya Supersemar merupakan tonggak
baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
karena dalam periodisasi sejarah Indonesia
mulai dikenal Orde Baru.
2. Dengan Supersemar menyebabkan Letnan
Jenderal Soeharto mengambil tindakan yang
dianggap perlu untuk menjamin keamanan dan
ketertiban serta kestabilan jalannya pemerintahan
dan revolusi Indonesia serta menjamin
keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden
demi keutuhan bangsa dan Negara Republik In-
donesia.
3. Berlandaskan Supersemar Letnan Jenderal
Soeharto harus mengambil langkah-langkah yang
penting dan memberi arah baru kepada perjalanan hidup bangsa dan negara.
G. Orde Baru dan Perkembangan Dalam Bidang
politik, ekonomi dan sosial-budaya
Keluarnya Supersemar merupakan awal dari Orde Baru dan sesuai dengan
isi dari Supersemar sejak 11 Maret 1966 Letnan Jendral Soeharto sudah
mempunyai hak dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan isi Supersemar.
Karena itu berdasarkan Supersemar menjadi landasan yuridis Letnan Jenderal
Soeharto mengambil langkah-langkah di segala bidang demi keselamatan negara.
1. Perkembangan Dalam Bidang Politik
Sebagai konsekuensi dari isi Supersemar yang di antaranya berbunyi
“....mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminnya
Gambar: 12. 7
Surat Perintah 11
Maret 1966
(Sumber: 30Tahun
Indonesia
Merdeka)
1. Carilah nama-nama tokoh sebanyak mungkin yang dianggap berperan
terhadap keluarnya Supersmar.
2. Carilah tokoh-tokoh yang dianggap dalang peristiwa G 30 S/PKI tahun
1965.
3. Jelaskan kontroversial peristiwa G 30 S menurut pandanganmu.
Tugas 12.1
207
Bab XII. Peristiwa Tragedi Nasional
keamanan dan ketenangan” Langkah pertama yang dilakukan adalah membubarkan
dan pelarangan PKI, termasuk ormas-ormasnya dari tingkat pusat sampai daerah.
Langkah berikutnya tanggal 18 Maret 1966 yaitu pengamanan dan penangkapan
terhadap lima belas mentri Kabinet Dwikora yang terlibat dalam persitiwa di tahun
1965. Kelimabelas mentri tersebut adalah Dr. Soebandrio, Dr. Chairul Saleh, Ir.
Setiadi Reksoprodjo, Sumardjo, Oei Tju Tat, SH., Ir. Surachman, Yusuf Muda Dalam,
Armunanto, Sutomo Martopradoto, A. Astrawinata,SH., Mayor Jenderal Achmadi,
Drs. Moh. Achadi, Letnan Kolonel Sjafei, J.K. Tumakaka, dan Mayor Jendral Dr.
Soemarno.
Langkah berikutnya adalah pada tanggal 25 Juli 1966 tentang pembentukan
Kabinet Ampera sebagai pengganti Kabinet Dwikora. Adapun tugas pokok dari
Kabinet Ampera dikenal dengan nama Dwidharma yaitu dalam rangka mewujudkan
stabilitas politik dan ekonomi. Dalam melaksanakan tugas ini maka penjabarannya
tertuang dalam program Kabinet Ampera yang dikenal dengan nama Catur Karya,
meliputi:
a. memperbaiki perikehidupan rakyat, terutama dalam bidang sandang dan
pangan;
b. melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti tercantum dalam
Ketatapan MPRS No.XI/MPRS/1966;
c. melaksanaka politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan
nasional sesuai dengan Ketatapan MPRS No.XI/MPRS/1966, dan;
d. melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya.
Dan pada tanggal 11 Agustus 1966 melaksanakan persetujuan normalisasi
hubungan dengan Malaysia, yang pernah putus sejak 17 September 1963.
Persetujuan normalisasi hubungan tersebut
merupakan hasil perundingan Bangkok (29 Mei-
1 Juni 1966).
Dalam sidang umum MPRS tanggal 20
Juni 1966 Soekarno dimintak menyampaikan
pidato pertanggungjawabannya terkait dengan
peristiwa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober
1965. Dalam pertanggungjawaban ini Soekarno
berpidato dengan nama NAWAKSARA yang
artinya sembilan pasal.
Pidato Presiden Soekarno tersebut diatas
tidak dapat diterima oleh MPRS, sehingga
MPRS memberikan waktu kepada Presiden
Soekarno untuk menyempurnakan lagi pada tanggal 10 januari 1967 yang disebut
PELENGKAP NAWAKSARA yang dituangkan dalam Surat Presiden Republik
Indonesia No. 01/Pres/1967. Disini nampak terjadi pergeseran peranan MPRS di
hadapan pemegang Supersemar yang tidak sesuai dengan UUD tahun 1945.
Dalam Sidang Istimewa ini MPRS menghasilkan 4 ketetapan, diantaranya
Gambar: 12. 8
Suasana pengambilan sumpah Jenderal Soehartosebagai
Presiden RI ke-2 (Sumber: 30Tahun Indonesia Merdeka)
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX
208
Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan
Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Jenderal Soeharto
pemegang Tap MPRS No. IX/MPRS/1966 sebagai Pejabat Presiden hingga
dipilihnya Presiden oleh MPR hasil Pemilu. Dan pada tanggal 27 Maret 1968
dilakukan pelantikan Jendral Soeharto pengemban Tap MPRS No. IX/MPRS/1966
sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua.
2. Perkembangan Dalam Bidang Ekonomi
Dalam upaya pembangunan dalam bidang ekonomi Orde Baru dilaksanakan
melalui REPELITA
(Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang dimulai
pada tanggal 1 April 1969. Sektor pertanian merupakan sektor yang terbesar dalam
ekonomi Indonesia. Kurang lebih 55% dari produksi nasional berasal dari sektor
pertanian, sedangkan 75% penduduk memperoleh penghidupan dari sektor
pertanian. Kedudukan yang menentukan dari sektor pertanian dapat dilihat juga
dari sumbangan penghasilan devisa negara. Lebih 60% dari ekspor Indonesia
berasal dari sektor pertanian. Sebagai sektor terbesar dalam ekonomi Indonesia
maka sektor pertanian merupakan landasan bagi setiap usaha pembangunan.
Sasaran pembangunan dirumuskan secara sederhana dalam Repelita ini yaitu:
1. pangan;
2. sandang;
3. perbaikan prasarana;
4. perumahan rakyat;
5. perluasan lapangan kerja; dan
6. kesejahtraan rohani.
Pelaksanaan pembangunan ini bertumpu pada Trilogi Pembangunan yaitu:
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju kepada
terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Dan Pembangunan ini berdasarkan pada asas:
1. Asas manfaat;
2. Asas usah ebersama dan kekeluargaan;
3. Asas demokrasi;
4. Asas adil dan merata;
5. Asas perikehidupan dalam keseimbangan;
6. Asas kesadaran; dan
7. Asas kepercayaan pada diri sendiri.
Adapun modal dasar yang disebutkan dalam Pola Dasar Pembangunan
Nasional ialah:
1. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa;
209
Bab XII. Peristiwa Tragedi Nasional
2. Kedudukan geografi’;
3. Sumber-sumber kekayaan alam;
4. Jumlah penduduk;
5. Modal rohani dan mental;
6. Modal budaya;
7. Potensi efektif bangsa;
8. Angkatan bersenjata.
Dalam menggerakkan modal dasar untuk mencapai tujuan pembangunan, perlu
pula diperhatikan faktor-faktor dominan sebagai berikut:
1. Faktor demografi dan sosial-budaya;
2. Faktor geografi, hidrografi, geologi dan topografi;
3. Faktor klimatologi;
4. Faktor flora dan fauna;
5. Faktor kemungkinan pengembangan.
Dengan segala kelebihan yang dimiliki di masa Orde Baru di bidang ekonomi,
terdapat juga kekuarangannya. Hal ini dapat dilihat adanya KKN(Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) yang merajalela, krisis multidemensional yang menyebabkan keruntuhan
Orde Baru pada bulan Mei 1998.
3. Perkembangan Dalam Bidang Sosial-Budaya.
Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses untuk
mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan sosial budaya, masyarakat dapat
digambarkan dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970-an laju pertumbuhan
penduduk mencapai 2,3% setiap tahun. Dalam tahun tahun awal 1990-an angka
tadi dapat diturunkan menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Jika awal tahun 1970-an
penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup rata-rata sekitar 50 tahun maka
pada tahun 1990-an harapan hidup lebih dari 61 tahun. Dalam kurun waktu yang
sama angka kematian bayi menurun dari 142 untuk setiap 1000 kelahiran hidup
menjadi 63 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Hal ini antara lain dimungkinkan
makin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebagai contoh adanya
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu sampai
di tingkat desa atau RT.
Dalam himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas
pendidikan dasar sudah makin merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah dasar
yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh anak yang berumur
sekolah dasar. Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di pelosok tanah air
praktis mampu menampung anak Indonesia yang berusia sekolah dasar. Kondisi
ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanan wajib belajar 9 tahun di tahun-
tahun yang akan datang. Sementara itu, jumlah rakyat yang masih buta huruf telah
menurun dari 39% dalam tahun 1971 menjadi sekitar 17% di tahuan1990-an.
Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari meningkatnya tingkat
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX
210
pendidikan angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir 43% dari seluruh angkatan
kerja tidak atau belum pernah sekolah. Pada tahun 1990-an jumlah yang tidak
atau belum pernah sekolah menurun menjadi sekitar 17%. Dalam kurun waktu
yang sama angkatan kerja yang berpendidikan SMTA ke atas adalah meningkat
dari 2,8% dari seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%. Peningkatan mutu
angkatan kerja akan mempunyai dampak yang luas bagi laju pembangunan di
waktui-waktu yang akan datang.
Kebinekaan Indonesia dari berbagai hal (suku, agama, ras, budaya, antar
golongan dsb.) yang mempunyai peluang yang tinggi akan terjadinya konflik,
maka masa Orde Baru memunculkan kebijakan yang terkait dengan
pemahaman dan pengamalan terhadap dasar negara Pancasila. Berdasarkan
Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa). Dengan
Pancasila akan dapat memberikan kekuatan, jiwa kepada bangsa Indonesia
serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir dan batin yang makin baik
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Dengan penghayatan terhadap
Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah Pancasila dalam
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Karena itulah diperlukan suatu
pedoman yang dapat menjadi penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan
tingkah laku setiap orang Indonesia. Untuk melaksanakan semua ini dilakukanlah
penataran-penataran baik melalui cara-cara formal, maupun non-formal
sehingga di tradisikan sebagai gerakan Budaya.
1. Lakukanlah suatu wawancara mengapa masih ada keinginan sebagian
masyarakat kita masih mendukung gerakan sparatis ?
2. Buatlah klipping berkaitan dengan peristiwa tragedi nasional !
3. Buatlah laporan hasil wawancara dari orang tua yang ada disekitarmu
yang mengatahui dan mengalami peristiwa G 30 S tahun 1965.
4. Buatlah klipping pristiwa G 30 S tahun 1965 dari berbagai sumber me-
dia dan berilah keterangan dan pendapatmu terhadap peristiwa itu.
5. Perhatikan pembangunan hasil Orde Baru di sekelilingmu baik dalam
bidang politik, ekonomi dan sosial-budaya serta berilah kelemahan dan
kelebihannya.
Tugas 12.2
211
Bab XII. Peristiwa Tragedi Nasional
RANGKUMAN
Pada periode mengisi kemerdekaan, ternyata bangsa Indonesia harus
menghadapi berbagai macam ancaman, gangguan stabilitas negara. Hal ini
nampak dari munculnya gerakan sparatis diberbagai daerah.
Peristiwa Madiun tidak dapat dipisahkan dari pembenukn Fron Demokrasi
Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948. FDR adalah kumpulan beberapa partai
seperti partai Sosialis, Pesindo, partai Buruh, PKI dan Sobsi. Di Jawa Barat
muncul gerombolan ekstrimis „Darul Islam“ (DI). Keinginan yang menjadi cita-
cita mereka adalah membentuk Nrgara Islam Indonesia (NII) degan sebuah
kekuatan tentara yaitu Tentara Islam Indonesia (TII). Organisasi ini dipimpin
oleh Sukarmaji Marijan Kartosuwiryo.
Pemberontakan ini terjadi di Aceh dengan terjadinya upaya merongong
terhadap Pemerintah Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tengku Daud
Beurueh. Tengku Daud Beureueh ini sebelumnya menjabat sebagai Gubernur
Militer Daerah Istimewa Aceh. Di Sulawesi Selatan juga timbul gerakan Darul
Islam (DI) yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Di Jawa Barat terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibawah
pimpinan Kapten Raymond Westerling. Dia adalah seorang algojo ketika bertugas
di Sulawesi Selatan.
Peristiwa lain berlangsung di Ujungpandang dibawah pimpinan Andi Aziz.
Gerakan ini berusaha untuk mempertahankan negara bagian Indonesia Timur
dengan bekas KNIL sebagai aparat militernya. Salah seorang yang juga menjadi
dalang dalam pemberontakan Andi Aziz adalah Dr. Chr. R.S. Soumokil datang
ke Ambon.
Dengan adanya beberapa pemberontakan menyebabkan semakin
memburuknya keamanan dalam negeri. Pada akhir tahun 1956 beberapa
Panglima yang ada di daerah-daerah membentuk dewan-dewan. Di Sumatra
Barat berdiri Dewab Banteng yang dipimpin oleh Kolonel Achmad Hussein.
Gerakan 30 September tahun 1965 membawa dampak yang besar
terhadap perkembangan sejarah Indonesia. Dengan peritiwa ini menyebabkan
keluarnya Supersemar dan dengan keluarnya Supersemar merupakan awal
kemunduran kekuasaan Presiden Soekarno, dan mulai muncul peran Letnan
Jendral Soeharto dalam kancah perpolitikan di tanah air.
Keluarnya Supersemar merupakan tonggak baru, karena mulai munculnya
Orde Baru yang menginginkan adanya perubahan yang mendasar disegala
bidang dan sekaligus mengakhiri Orde Lama. Dengan Supersemar yang
diperkuat dengan ditetapkannya melalui Ketetapan MPRS No.IX/MPRS/1966
menjadi dasar hukum untuk melaksanakan langkah-langkah dalam rangka
perbaikan kehidupan baik dalam bidang politik, ekonomi dan sosial-budaya.
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX
212
LATIHAN
A. Pilihlah jawaban a,b,c atau d yang paling tepat !
1. Sebelum lahirnya Orde Baru, dikenal dengan rezim Orde Lama. Ketika
itu disinyalir banyak melakukan penyimpangan terhadap UUD 1945.
Lahirnya Orde Baru bertujuan memperbaiki penyelewengan terhadap UUD
1945 khususnya berkaitan dengan rangkap jabatan pada lembaga negara
seperti ....
a. kekuasaan negara yang tertinggi ditangan MPRS
b. Presiden tunduk kepada MPRS
c. Jaksa agung merangkap sebagai menteri
d. menteri negara diangkat oleh presiden
2. Salah satu faktor yang terpenting dalam stabilitas ekonomi adalah
pengendalian ....
a. harga
b. produksi
c. konsumsi
d. inflasi
3. Berdasarkan penelitian dan kajian mutakhir terdapat analisis baru tentang
latar belakang terjadinya G30S adalah ....
a. adanya konflik internal di tubuh Angkatan Darat
b. krisis ekonomi berkepanjangan
c. adanya persaingan diantara partai-partai politik
d. perebutan pengaruh antara PKI dan Angkatan Darat
4. Latar belakang lahirnya Orde Baru adalah melaksanakan ....
a. pemerintahan yang bebas korupsi
b. pemerintahan sesuai dengan UUD 1945
Walaupun Bangsa Indonesia telah merdeka, ternyata masih banyak
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dialami bangsa ini untuk
mencapai cita-cita kemerdekaan yaitu menciptakan masyarakat yang adil
dan makmur. Sampai sekarangpun tantangan itu masih terus terjadi dan
kita sebagai bangsa harus mampu menghadapinya. Ada yang berpendapat
tantangan yang paling berat adalah kemiskinan, kebodohan, erosi
nasionalisme sebagai akibat globalisasi. Diskusikan dengan teman-
temanmu tentang fenomena tersebut !
REFLEKSI
213
Bab XII. Peristiwa Tragedi Nasional
c. sila-sila Pancasila dalam kehidupan bernegara
d. Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
5. Dalam penyelesaian Irian Barat, Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk
sebuah badan yang nantinya berperan dalam penyerahan Irian Barat dari
Belanda pada Indonesia. Badan yang dibentuk tersebut adalah ...
a. UNCI
b. UNHCR
c. UNTEA
d. PEPERA
6. Pada tahun 1955 di Bandung diselenggarakan Konferensi Asia-Afrika. Dalam
KAA tersebut dihasilkan suatu deklarasi yang dikenal dengan Dasasila
Bandung. Makna KAA tersebut adalah ...
a. Meredakan ketegangan dunia
b. Mengurasi pelaksanaan Ras diskriminasi
c. Menghimpun kerjasama ekonomi Asia-Afrika
d. Menghimpun kekuatan militer jika diperlukan
B. Jawablah dengan singkat !
1. Peristiwa pemberontakan PKI madiun terjadi pada tahun 1948. Sebutkan 2
orang tokoh pemberontak tsb. !
2. Para jendral setelah dibunuh oleh PKI pada tahun 1965 kemudian dibuang
ke suatu tempat yang disebut Lubang Buaya. Siapa saja jenderal yang jadi
korban keganasan PKI tersebut ?
3. Tiga orang tokoh pada tanggal 11 Maret 1966 diutus Suharto menghadap
Bung Karno ke Istana Bogor. Siapakah ke tiga tokoh tersebut ? Apakah
yang dihasilkan dari pertemuian di Istana Bogor itu
C. Isilah titik-titik dalam tabel berikut !
Peristiwa
Tempat Kejadian
Tokoh/Pelaku
Penyerangan thd. RI 1953
Aceh
......................
...............................
........................
Jawa Barat tahun 1950
Raymon Westerling
.........................
Ist
ana Bogor 11 Maret 1966 Presiden Sukarno
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas IX
214